REVIEW FILM BLACKMAIL (2018)
Siapa sangka, malam itu yang semula Dev Kaushal (Irrfan Khan), seorang pria paruh baya-yang bekerja di sebuah perusahaan swasta-yang kurang bahagia berniat untuk kembali merajut tali kebahagiaan bersama sang istri, Reena (Kirti Kulhari) dengan membawa bunga. Dev Mendapati sang istri tengah berselingkuh bersama mantan kekasihnya dahulu, Ranjit (Arunoday Singh) namanya. Dari sinilah konflik Blackmail di mulai, kala Dev yang berhasrat ingin menangkap basah serta meluapkan amarah justru memilih untuk memeras Ranjit-yang secara tak sadar membuatnya terjerumus ke dunia kriminalitas.
100 ribu rupee. Itu jumlah yang diminta Dev. Tak terlalu besar memang, melainkan ia gunakan untuk menutupi tagihan rumah tangga yang belum terbayar. Dari sini, sutradara Abhinay Deo (Delhi Belly, Force 2) membawa penonton untuk menyelami diri seorang Dev yang memilih pulang larut malam di kantor, menghabiskan waktu untuk bermain PacMan pula bermasturbasi menggunakan foto istri para pekerja hingga atasannya. Dapat dipahami, inilah bentuk pelampiasan seorang Dev di tengah statusnya sebagai "budak korporat" ibukota.
Dev menceritakan kejadiannya kepada sang sahabat, Anand (Pradhuman Singh) demi mengurangi dahaga kehidupan yang dimiliknya. Dari sini, naskah buatan Parveez Sheikh bersama Pradhuman Singh (penulis dialog) memberikan sebuah tease terhadap sebuah kesalahan kecil yang perlahan tapi pasti berubah menjadi besar layaknya sebuah bola salju. Pun, dari sini pula naskahnya mulai melebarkan penceritaan pemerasan terhadap karakter lain yang saling bertautan. Terjadilah 4 kasus pemerasan yang unik dalam upaya menyelamatkan hidup, pula aksi saling menipu dan ditipu.
Abhinay Deo sejatinya cukup piawai merangkai momen tersebut guna terjaga penceritaannya, mengawali debut karirnya lewat Delhi Belly (2011) yang membawanya memenangkan kategori "Best Debut Director" dalam ajang Filmfare Awards, tak heran jika sentuhan black comedy dalam Blackmail begitu kentara-meski dalam satu kesempatan ia kadang kesulitan menyulap sentuhan black comedy yang memang lebih sulit ketimbang menggarap comedy biasa. Bagaimana peristiwa biasa dapat menyulut sebuah atensi lebih-butuh sebuah kepekaan tersendiri-yang kadang Deo kerepotan menggarapnya.
Sebutlah adegan repetisi dari "imajinasi Dev" yang kerap diulang bak sebuah lingkaran setan yang menggelayuti isi pikarannya. Ini memang sebuah ide yang cukup jenius, namun kala diulang terus-menerus taringnya sedikit mulai menggendor. Tapi tidak dengan performa Irrfan Khan yang sukses menggambarkan "seorang pria yang lelah dan kurang bahagia" yang bisa saya baca lewat sorotan matanya saja. Tindakannya memang tak dapat diterima, namun saya senantiasa berdiri di belakangnya demi mendukungnya.
Jangan lupakan Divya Dutta sebagai Dolly Verma, istri Ranjit yang menyadari bahwa sang suami hanya memeras harta dalam pernikahannya-hingga Anuja Sathe sebagai Prabha sang kolega Dev yang ikut terseret dalam "lingkaran setan" yang menghantarkannya pada sebuah kematian.
Lewat Blackmail, Abhinay Deo tak hanya menyajikan sebuah lingkaran pemerasan dari arakternya saja, melainkan aspek lain berupa pihak polisi yang meminta suapan lebih atau perusahaan yang terus menuntut para pekerja tanpa kenaikan gaji. Dalam skala kecil, terdapat seorang detektif kelas teri yang melonjakkan harga-yang membuat judul "Blackmail" begitu pas dalam penerapannya.
Blackmail melengkapi film bollywood arus belakang yang piawai menyentil kehidupan lewat isu sosial yang dimilikinya. Layaknya, permainan PacMan yang kerap Dev mainkan semalaman, Blackmail tak jauh berbeda, ini adalah kasus makan-memakan, suap-menyuap, hingga tipu-menipu yang mungkin saja terjadi. Hal tersebut memanglah biasa, namun apabila kerap digunakan, ini akan menjadi sebuah kebiasaan.
SCORE : 3.5/5
--------
Review oleh : Kie Haeri
Diterbitkan pertama kali di Facebook BMCI tanggal 27 Juni 2019
--------
100 ribu rupee. Itu jumlah yang diminta Dev. Tak terlalu besar memang, melainkan ia gunakan untuk menutupi tagihan rumah tangga yang belum terbayar. Dari sini, sutradara Abhinay Deo (Delhi Belly, Force 2) membawa penonton untuk menyelami diri seorang Dev yang memilih pulang larut malam di kantor, menghabiskan waktu untuk bermain PacMan pula bermasturbasi menggunakan foto istri para pekerja hingga atasannya. Dapat dipahami, inilah bentuk pelampiasan seorang Dev di tengah statusnya sebagai "budak korporat" ibukota.
Dev menceritakan kejadiannya kepada sang sahabat, Anand (Pradhuman Singh) demi mengurangi dahaga kehidupan yang dimiliknya. Dari sini, naskah buatan Parveez Sheikh bersama Pradhuman Singh (penulis dialog) memberikan sebuah tease terhadap sebuah kesalahan kecil yang perlahan tapi pasti berubah menjadi besar layaknya sebuah bola salju. Pun, dari sini pula naskahnya mulai melebarkan penceritaan pemerasan terhadap karakter lain yang saling bertautan. Terjadilah 4 kasus pemerasan yang unik dalam upaya menyelamatkan hidup, pula aksi saling menipu dan ditipu.
Abhinay Deo sejatinya cukup piawai merangkai momen tersebut guna terjaga penceritaannya, mengawali debut karirnya lewat Delhi Belly (2011) yang membawanya memenangkan kategori "Best Debut Director" dalam ajang Filmfare Awards, tak heran jika sentuhan black comedy dalam Blackmail begitu kentara-meski dalam satu kesempatan ia kadang kesulitan menyulap sentuhan black comedy yang memang lebih sulit ketimbang menggarap comedy biasa. Bagaimana peristiwa biasa dapat menyulut sebuah atensi lebih-butuh sebuah kepekaan tersendiri-yang kadang Deo kerepotan menggarapnya.
Sebutlah adegan repetisi dari "imajinasi Dev" yang kerap diulang bak sebuah lingkaran setan yang menggelayuti isi pikarannya. Ini memang sebuah ide yang cukup jenius, namun kala diulang terus-menerus taringnya sedikit mulai menggendor. Tapi tidak dengan performa Irrfan Khan yang sukses menggambarkan "seorang pria yang lelah dan kurang bahagia" yang bisa saya baca lewat sorotan matanya saja. Tindakannya memang tak dapat diterima, namun saya senantiasa berdiri di belakangnya demi mendukungnya.
Jangan lupakan Divya Dutta sebagai Dolly Verma, istri Ranjit yang menyadari bahwa sang suami hanya memeras harta dalam pernikahannya-hingga Anuja Sathe sebagai Prabha sang kolega Dev yang ikut terseret dalam "lingkaran setan" yang menghantarkannya pada sebuah kematian.
Lewat Blackmail, Abhinay Deo tak hanya menyajikan sebuah lingkaran pemerasan dari arakternya saja, melainkan aspek lain berupa pihak polisi yang meminta suapan lebih atau perusahaan yang terus menuntut para pekerja tanpa kenaikan gaji. Dalam skala kecil, terdapat seorang detektif kelas teri yang melonjakkan harga-yang membuat judul "Blackmail" begitu pas dalam penerapannya.
Blackmail melengkapi film bollywood arus belakang yang piawai menyentil kehidupan lewat isu sosial yang dimilikinya. Layaknya, permainan PacMan yang kerap Dev mainkan semalaman, Blackmail tak jauh berbeda, ini adalah kasus makan-memakan, suap-menyuap, hingga tipu-menipu yang mungkin saja terjadi. Hal tersebut memanglah biasa, namun apabila kerap digunakan, ini akan menjadi sebuah kebiasaan.
SCORE : 3.5/5
--------
Review oleh : Kie Haeri
Diterbitkan pertama kali di Facebook BMCI tanggal 27 Juni 2019
--------
Setelah membaca artikel berjudul REVIEW FILM BLACKMAIL (2018) ini, apa pendapatmu? Yuk, beritahu kami di kolom komentar.
Dapatkan artikel review dan sinopsis film India, atau gosip selebriti terbaru, dan semua hal tentang film India semuanya ada disini. Kalian juga bisa menonton film India Terbaru Subtitle Bahasa Indonesia di tautan ini..