Review Film: Radhe Shyam, Romantisme Prabhas Bahubali

Buat teman-teman yang jauh dari bioskop, kabar ini tentu akan menjadi kabar baik, diantara kabar-kabar buruk yang melanda negeri-nya Ayu Ting Ting. Kabar harga Pertamax dan minyak goreng, misalnya.

Sebelum kalian menontonnya, yuk simak ulasan ala saya di bawah ini.

Cerita Film

Saya berkesempatan menonton film ini yang berbahasa Telugu. Ternyata, lagu-lagu yang saya sukai dalam bahasa Hindi, tidak ada dalam versi bahasa Telugu ini. Jadi, buat teman-teman yang suka banget dengan lagu Soch Liya, Jaan Hai Meri Jaan, atau lagu Aashiqui Aa Gayi yang sering mumbul di Nitnut Radio, tidak akan ditemukan disini. 

Sementara untuk Sinopsis film Radhe Shyam bisa dibaca disini. Saya hanya akan mengulas cerita garapan Radha Krishna Kumar dalam film ini, dari perspektif saya. Pesan saya, jangan gunakan logika untuk menonton film ini. Duduk dan nikmati ceritanya.

Radhe Shyam bersetting India dan Italy pada tahun 1970-an. Untuk di India saja, settingan periode film ini tidak begitu tampak. Akan tetapi untuk lokasi film yang di Italy, penonton seolah diajak mengunjungi Italy di masa itu. Meski masih terlihat beberapa sentuhan VFX yang dipakai, keindahan lokasi film ini terlihat sangat memanjakan mata.

Karena film ini adalah film romance, fokus utama film pada 2 tokoh utamanya, Vikram Aditya dan Dokter Prana.Vikram Aditya yang diperankan oleh Prabhas digambarkan sebagai seorang peramal yang menggunakan media telapak tangan (Palmist). Dia sangat meyakini ramalannya tidak pernah salah. Di sisi lain, dia juga berharap kali ini ramalannya salah. 

Sementara dokter Prana (Pooja Hegde) digambarkan sebagai sosok yang ceria. Latar belakangnya sebagai seorang dokter, menyebabkan dia harus mempercayai keyakinannya berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Hingga suatu saat dia menyaksikan sendiri kebenaran dari ramalan Aditya. Saat itu dia mulai goyah dengan keyakinannya tentang segala sesuatu harus dibuktikan secara ilmiah.

Penonton hanya diberitahu bagian luar dari latar belakang dokter Prana. Kontradiksi 2 tokoh utama ini tidak banyak ditampilkan. Kita hanya diberitahu tentang apa yang terjadi melalui dialog-dialognya, atau adegan-adegan dalam lagu.

Sebagai film romance, Radhe Shyam gagal membuat saya terharu, merinding, ataupun baper. Ada sih sedikit rasa baper saat lagu Unnaalae (Telugu) atau Main Ishq Mein Hoon (Hindi). Tapi bapernya gak sampe berdarah-darah. 

Satu lagi yang saya suka dari film ini, adegan pertemuan antara Aditya dan Prana itu cukup berkesan. Lihat bagaimana mereka bertemu di kereta api, atau saat mereka bertegur sapa di bis sekolah. Adegan itu cukup romantis.

Satu pesan yang ingin disampaikan film ini adalah "Tuhan akan mengubah nasib seseorang yang berusaha". Saya cukup bisa mencerna maksud dan tujuan cerita film ini. Tak terlalu berbelit, tapi tak cukup meyakinkan.

Akting Pemain

Saya merasa sangat aneh ketika menyaksikan Prabhas beradegan romantis. Sosoknya yang tinggi besar --188 cm, sepertinya tidak pas untuk berperan sebagai cowok melankolis. Di banyak adegan, sosok tingginya terlihat harus sedikit menunduk untuk menyelaraskan dengan Pooja Hegde. 

Memang sih, saya belum menonton film-filmnya yang lain sebelum Bahubali. Di film Saaho, dia masih terlihat cocok, karena film itu bergenre aksi. Di Radhe Shyam, Prabhas terlihat klimis, tanpa brewok atau kumis untuk mengesankan ke-romantisannya. Tapi rasanya gak pas sih menurut saya. 

Berbeda dengan Pooja Hegde. Disini dia tampil sangat cantik sekali. Berbagai sudut pengambilan gambarnya sangat pas untuk mengeksplorasi kecantikannya. Tata rias dan designer pakaiannya layak untuk mendapatkan kredit ini.

Jika harus membandingkan akting antara kedua aktor utama ini, saya memilih Pooja Hedge yang layak untuk mendapat predikat lebih baik. Mohon maaf buat penggemar Prabhas, kali ini dia berperan terlalu kaku, bahkan terlihat sedikit malas.

Oh, ya. Sekedar informasi, film Radhe Shyam ini memulai shooting filmnya di tahun 2018. Hanya karena pandemi, akhirnya Radhe Shyam mengalami berkali-kali penundaan rilis. Jadi, film ini dibuat sesaat setelah kesuksesan Bahubali 2: The Conclusion. 

Dari kronologi waktu, bisa jadi Prabhas menandatangani film ini di masa sebelum kesuksesan Bahubali.

Sinematografi & VFX

Yang paling keren dari film Radhe Shyam ini adalah sinematografi garapan Manoj Paramahamsa. Pengambilan gambar oleh Manoj ditunjang dengan VFX yang memukau, berhasil membawa penonton seolah dibawa ke negeri dongeng klasik. VFX-nya tidak selalu mulus, tetapi cukup halus untuk meyakinkan penonton.

Saya suka pengambilan gambar saat adegan Aditya dan Prana bergelantungan di kereta api. Kamera menyoroti mereka hingga 360 derajat. Memutar sekeliling mereka, keren! Meski saya yakin pengambilan gambarnya di dalam studio. Hehehehe.

Penutup

Sebagai penutup, Radhe Shyam yang menampilkan pasangan Prabhas dan Pooja Hegde kurang berhasil menampilkan kemistri sebagai pasangan romantis. Meski didukung dengan lagu-lagu yang enak dan sinematografi yang cemerlang, Radhe Shyam gagal untuk menjadi film romantis yang akan selalu dikenang oleh para penggemar film India.

Jika kalian ada waktu luang, saksikan film ini daripada suntuk dan bengong. Khususnya bagi yang masih jomblo, siapa tahu film ini bisa menjadi inspirasi untuk segera mengentaskan diri dari jurang kejombloannya.