Review Film: Vaashi, Drama Ruang Sidang Romantis

Review Film: Vaashi, Drama Ruang Sidang Romantis

Selain dapat menjadi referensi tentang hukum, drama ruang sidang bisa menjadi sebuah film yang menegangkan jika digarap dengan baik. Pink, Jolly LLB, Oh My God!, Rustom, adalah beberapa judul film bertemakan ruang sidang yang berhasil memicu adrenalin penonton. 

Namun, Vaashi menempuh jalur yang berbeda. Vaashi tidak memicu adrenalin, tapi ia berusaha menyentuh hati. Meja hijau itu disulap menjadi sebuah cerita cinta sepasang kekasih untuk saling mengenali karakter pasangannya masing-masing. 

Setelah menonton film India subtitle bahasa Indonesia ini tadi malam, inilah ulasan film Vaashi, drama ruang sidang romantis.

Sinopsis Film Vaashi

Tovino Thomas dan Keerthy Suresh masing-masing memerankan karakter dua pengacara muda Ebin dan Madhavi. Mereka adalah teman baik yang mencoba untuk merintis karir di bidang hukum. 

Keerthy dan Tovino

Meski dekat, Ebin dan Madhavi enggan untuk mengakui persahabatan mereka sebagai cinta. 'Cinta', 'kasih sayang', atau 'persahabatan' mendapatkan makna yang berbeda justru ketika mereka bertarung di ruang sidang. 

Bagaimana dua orang yang sama-sama kompeten dan egois ini menangani kasus dan masalah hubungan mereka berdua? Itulah yang dibahas Vaashi dalam durasi 2 jam 5 menit.

Sinopsia film Vaashi bisa dibaca disini.

---o0o----

Pemain Vaashi

Secara keseluruhan, Vaashi adalah drama ruang sidang yang menarik, dengan Tovino Thomas dan Keerthy Suresh memainkan peran utama dengan sangat meyakinkan.

Tovino Thomas yang baru saja sukses melalui film superhero India dari Malayalam pertama berjudul Minnal Murali, berhasil tampil mengesankan seperti biasanya. Adegan kesal, marah, cinta, iba dan lainnya terlihat sangat natural. Sangat menarik menyaksikan transformasi karakter Ebin dari musuh besar di ruang sidang, menjadi suami yang sangat romantis dan mencintai istrinya di rumah. Sederhana, tapi akan sangat sulit diperankan oleh aktor pemula.

Keerthy Suresh dan Tovino Thomas

Keerthy Suresh, pasangan Mahesh Babu di film Sarkaru Vaari Pata, melakukan debutnya di industri film Malayalam. Dia menjadi pemeran utama sebagai Madhavi, pengacara muda cerdas yang sedang merintis karir, seorang istri, juga musuh utama suaminya di ruang sidang.

Karakternya digambarkan sebagai 'wanita kuat' dan 'berani'. Melalui bahasa tubuh dan wajahnya yang jarang tersenyum, ia ingin menunjukkan seorang Madhavi yang keras kepala, berani mengambil resiko apapun jika dia merasa benar.


Di bagian awal, Madhavi lebih memilih resign dari kantor biro hukum, hanya karena dia dianggap penyebab kegagalan sebuah kasus yang sedang ditangani kantornya. Kekerasan Madhavi juga ditunjukkan dalam banyak adegan lainnya.

Pemeran lainnya juga telah melakukan tugasnya dengan baik. Semuanya terlihat natural sebagai bagian dari penggerak narasi.

Cerita

Sutradara debutan Vishnu G Raghav mengerjakan film ini berdasarkan kisah yang ditulis oleh Janiz Chacko Simon. Vaashi mencoba berbicara tentang isu yang relevan secara sosial melalui kehidupan dua profesional hukum, yang juga merupakan pasangan suami istri. Konflik hubungan muncul karena komitmen profesional.


Sebagai sebuah drama ruang sidang, tentu ada kasus yang ditangani. Kasus dalam film ini adalah tentang seorang pria muda bernama Gautam, yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap Anusha, rekan kerja di kantornya. Anusha dirayu dengan janji akan dinikahi.

Ebin, yang menjadi jaksa penuntut umum dipilih hakim untuk berada di pihak korban, Anusha. Sementara Madhavi hadir sebagai pembela terdakwa, Gautham. Dialog-dialog panjang dan argumen yang dilontarkan adalah tentang pasal 375 IPC (KUHP India) yang mengatur tentang 'persetujuan' untuk melakukan hubungan intim.

Melalui perdebatan di ruang sidang, serta penelusuran Ebin dan Madhavi terhadap kasus yang ditangani, penonton dibawa untuk ikut mendalami kasus tersebut. Tidak ada yang benar-benar salah, kedua kubu memiliki versi kebenarannya masing-masing. 

Area abu-abu ini turut berpengaruh pada kehidupan pengantin baru Ebin dan Madhavi. Ebin yang awalnya tidak ingin membawa urusan pekerjaan ke rumah, justru dia sendiri yang melanggar ketika di ruang sidang itu dia merasa tersudut. 

Tentu saja Madhavi tak tinggal diam. Meski bukan kasus besar, kliennya ini sangat penting bagi karirnya. Dia merasa kliennya tidak bersalah. Apa yang dilakukan Gautham adalah atas dasar suka sama suka. Bukan pemaksaan seperti yang dituduhkan. 

Madhavi ingin meluruskan bahwa pasal 375 IPC itu tidak bisa digunakan sebagai tameng oleh wanita (atau pria) ketika ia merasa dirugikan di suatu hari nanti. Jika itu terjadi, bisa-bisa hubungan suami-istri pun akan bisa dijerat oleh pasal ini. 


Kasus ini berimbas pada hubungannya dengan Ebin, suaminya. Mereka harus kembali meninjau ulang tentang makna cinta, sayang, persahabatan yang selama ini mereka yakini.

Di ruang sidang, emosi atau perasaan tidak penting. Yang paling penting adalah bukti untuk memvalidasi setiap argumen. Pengadilan melayani keadilan berdasarkan penalaran logis tanpa memikirkan siapa salah, siapa benar. 

Tapi apakah selalu begitu? Bagaimana jika hakim yang memberikan keadilan, telah memiliki konsep dan gagasan yang sudah terbentuk, jauh sebelum kasus tersebut disidangkan?

Hakim adalah manusia biasa yang memiliki kewajiban untuk membuat penilaian terhadap orang lain. Sama tak sempurnanya dengan terdakwa atau siapapun. Karena itu, hukum akan selalu memiliki celah. Jika buktinya tidak ada, bisa saja bukti itu dibuat.

Film ini berhasil menggambarkan sistem peradilan, yang mungkin terlihat adil dan objektif, tetapi tanpa disadari keputusan yang dihasilkan itu memiliki campur tangan yang sangat subjektif dan pribadi.

Melalui karakter-karakter perempuan seperti Madhavi dan Anusha, Vaashi berusaha untuk memberikan pemahaman tentang perempuan, pemikiran mereka tentang seks, kehidupan, cinta, pernikahan, feminisme, dan persahabatan.

Penutup


Pada akhirnya, hakim akan memberikan penilaian berdasarkan keyakinan dan prasangkanya. Vaashi berhasil menyentuh semua aspek ini melalui kasus yang dibawa ke pengadilan. Adegan akhir menampilkan sang hakim sedang tidur. Di samping ranjangnya terdapat foto keluarga; ia bersama istri dan putrinya. 

Adegan ini menyisakan sebuah pertanyaan besar; apakah keputusannya didasarkan pada perasaan kebapakannya, atau dari argumen yang disajikan jaksa dan pembela selama persidangan?

Yah, Hidup itu abu-abu. Pengadilan hanya memutuskan berdasarkan kepiawaian jaksa atau pembela untuk menggiring warna abu-abu mendekati hitam atau putih. 

Sambil menyimpulkan, mari kita lihat fakta bahwa abu-abu dapat dibuat dengan mencampur warna-warna lain juga, kan? 

Setelah membaca artikel berjudul Review Film: Vaashi, Drama Ruang Sidang Romantis ini, apa pendapatmu? Yuk, beritahu kami di kolom komentar.

Dapatkan artikel review dan sinopsis film India, atau gosip selebriti terbaru, dan semua hal tentang film India semuanya ada disini. Kalian juga bisa menonton film India Terbaru Subtitle Bahasa Indonesia di tautan ini..



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url