Apakah Drishyam 2 Bisa Mengubah Tren Kegagalan 'Remake'?

Apakah Drishyam 2 Bisa Mengubah Tren Kegagalan 'Remake'?

Jika Vijay Sethupathi adalah bintang besar saat ini, maka sebutan itu karena sebagian besar pujian diberikan kepada Vijay dalam karya Pushkar-Gayathri di Vikram Vedha (2017). Di film itu ia berperan sebagai penjahat yang mencoba mengakali seorang petugas polisi. Kalimat populer dari film itu – “Oru kadhai sollata, sir? (Mau saya ceritakan sesuatu, Pak?)” – masih biasa digunakan dalam budaya populer Tamil saat ini ketika seseorang ingin memainkan permainan pikiran.

Adegan Drishyam 2
Adegan Drishyam 2

Mengikuti struktur naratif cerita rakyat Vikram-Vetal, Vikram Vedha adalah film thriller menghibur yang menghasilkan Rs 60 crore di Tamil. Hasil ini lebih besar dari anggarannya yang hanya sebesar Rs 11 crore. Tapi sebaliknya, versi pembuatan ulang/remake Hindi, yang juga disutradarai oleh Pushkar-Gayathri, gagal di box office. Meskipun film itu mendapat ulasan positif dan pemeran top seperti Hrithik Roshan, Saif Ali Khan dan Radhika Apte.

Kegagalan Yang Berulang Pada ‘Mili’

Vikram Vedha (Hindi) bukanlah film remake pertama yang gagal. Juga bukan kegagalan yang terakhir kalinya. Pekan lalu, Mili (2022), remake Hindi dari film thriller survival berbahasa Malayalam dengan judul Helen (2019) tayang di bioskop. Bollywood seolah tidak ‘kapok’ mendaur-ulang film-film dari negara bagian lainnya.

Beberapa hari sebelum rilis, sutradara Mathukutty Xavier berharap tentang nasib film ini di box office.

Produser Boney Kapoor menghubungi saya untuk membuat ulang film saya saat lockdown pertama (Maret 2020). Saya sendiri merasa ragu untuk membuat remake film tersebut dalam bahasa Tamil dan Telugu. Karena saya tahu, mereka (penonton) ingin membuat terlalu banyak perubahan penting yang akan menghilangkan pesona film tersebut.

Mathukutty Xavier

Film yang berkisah tentang seorang wanita muda yang terjebak dalam freezer di sebuah restoran cepat saji tempat dia bekerja, juga menawarkan kritik tentang gender, kelas, kefanatikan, dan kekuasaan negara. Xavier mengatakan bahwa dia ingin mempertahankan rasa aslinya, dan tidak ingin menambahkan kepahlawanan atau penyelamat laki-laki dalam naskah. Boney Kapoor, katanya, menghormati pandangannya dan hanya akan melakukan penyesuaian budaya pada Mili .

Janhvi Kapoor Sebagai Mili

Film Mili versi Hindi, dibintangi Janhvi Kapoor sebagai pemeran utama, berlatar di Dehradun. Xavier mempekerjakan orang-orang lokal di lokasi syuting untuk memastikan tidak ada kesalahan kecil yang mungkin terjadi.

Ini adalah film yang dapat bekerja di mana saja karena tidak memiliki hubungan budaya yang begitu integral dengan pakem cerita. Saya siap melakukan remake karena alasan ini.

Mathukutty Xavier

Memang, kemudahan untuk membuat sebuah adaptasi adalah alasan mengapa film thriller menjadi genre favorit dalam hal remake. Misalnya, Vikram Vedha diubah set lokasinya di Lucknow dan Kanpur, dengan beberapa penyesuaian budaya seperti kebiasaan tokoh memesan kulcha, bukan paratta.

Jika tidak, film ini hanya merupakan pembuatan ulang frame-by-frame dari aslinya.

Faktor Kegagalan Remake

Keterkaitan Dan Keterikatan Penonton

Ada tradisi panjang dalam membuat ulang film-film hit dari satu bahasa ke bahasa lain — salah satunya adalah Ram Aur Shyam (1967), yang merupakan remake dari film blockbuster Telugu berjudul Ramudu Bheemudu (1964) —tetapi hari ini, ada beberapa faktor baru yang mempengaruhi respon penonton. Kurangnya substansi dalam cerita yang dibuat ulang dari satu budaya ke budaya lain mungkin bekerja terbalik di box office.

Vikram Vedha
Adegan Vikram Vedha

Film besar seperti Pushpa (2021), RRR (2022), KGF 1 dan KGF 2 (2018, 2022) dan Kantara (2022) memiliki tema universal dengan karakter yang sangat dekat dengan kehidupan penonton di negara bagian, tetapi akan sangat sulit untuk dibuat ulang di bagian negara lain. Karakterisasi tokoh sangat erat dengan masyarakat dan begitu dekat dengan detail sosial budaya tertentu. Semakin lokal ceritanya, semakin universal daya tariknya. Semakin susah dibuat ulang dalam versi lain.

Jika film sejenis ini dibuat ulang oleh Bollywood, bisa dipastikan akan terasa janggal.

Perubahan Perilaku Penonton

Ada perubahan pasti dalam perilaku penonton selama pandemi. Ketika banyak orang terkurung di rumah, mereka menemukan platform OTT dan mulai menjelajahi konten dalam berbagai bahasa. Mereka merasa tidak perlu lagi untuk menonton ke bioskop. Apalagi ketika film baru tiba di platform OTT dalam beberapa minggu setelah rilis teater.

Di platform OTT juga tersedia versi asli dari film remake dengan sulih suara atau menggunakan subtitle bahasa Hindi. Sebuah remake frame-by-frame seperti Vikram Vedha dalam bahasa Hindi tentu saja akan memiliki sedikit daya tarik bagi penonton, karena versi original dengan sulih suara bahasa Hindi sudah bisa disaksikan di jalur streaming sebelum film versi Hindi tayang di bioskop.

“Versi asli Vikram Vedha dengan Madhavan dan Vijay Sethupathi sangat populer di satelit dan OTT, serta YouTube dalam sulih suara Hindi-nya. Ini memungkinkan banyak orang untuk merasakan film dalam bentuk aslinya dan itu tentu saja berdampak pada film remake”

Akshaye Rathi

Lebih lanjut, Akshaye Rathi menambahkan bahwa sebuah film remake harus memiliki sesuatu yang ‘lebih’ bagi penonton agar tertarik.

Anda harus menyesuaikan konten bagi penonton sensitif, Anda juga harus bisa menambah nilai. Tambahan nilai ini bisa dari segi skala, perubahan cerita, atau merapikannya dengan nilai produksi yang lebih baik. Bisa juga dengan menggunakan aktor yang lebih baik. Banyak cara untuk menambah ‘nilai’

Akshaye Rathi

Inilah yang dicoba oleh sutradara Mohan Raja dengan Godfather karya Chiranjeevi (2022) , sebuah remake Telugu dari film Malayalam Lucifer (2019). Film ini menghilangkan konteks aslinya –thriller politik dirilis tepat sebelum Pemilihan Umum 2019 tapi memiliki kesamaan dengan peristiwa dan kepribadian politik tertentu. Versi remake ini tidak cukup berhasil meskipun menerima ulasan positif.

Sebelumnya, membuat ulang film yang sukses dianggap sebagai taruhan yang aman. Selain remake Hindi, film juga telah dibuat ulang di industri selatan. Misalnya, film thriller superhit Malayalam Manichitrathazhu (1993) dibuat ulang dalam bahasa Kannada, Tamil, Hindi, dan Bengali. Atau versi Telugu dari film percintaan masa kini berjudul Premam (2016). Film ini menjadi hit meskipun versi aslinya yang berbahasa Malayalam sangat populer di negara bagian selatan.

Hasil box office seperti itu menunjukkan bahwa orang-orang tidak menonton film dalam bahasa lain. Bahkan jika mereka menontonnya, mereka masih bisa menikmati menonton versi remake dalam bahasa mereka sendiri, dengan bintang-bintang yang berasal dari industri mereka sendiri.

Kini, penonton telah berubah. Terbukti dalam kegagalan box office dari remake film beranggaran besar dan bintang-bintang kelas A, terutama dalam versi bahasa Hindi/Bollywood.

Bukan hanya Vikram Vedha , remake seperti Jersey (2022) dan Lal Singh Chaddha (2022) juga tidak berjalan dengan baik. Ini adalah film-film besar dengan nama-nama terkenal, dan ketika mereka gagal, kita harus mulai bertanya-tanya apakah remake bekerja dalam skenario ini.

Taran Adarsh

Pawan Kalyan pemeran Bheemla Nayak (2022), sebuah film remake versi Telugu dari film thriller aksi Malayalam berjudul Ayyappanum Koshiyum (2020), adalah salah satu dari sedikit film remake yang cukup berhasil. Film yang dibuat dalam skala yang ‘lebih besar’ dari aslinya. Kabarnya Bheemla Nayak dibuat dengan anggaran Rs 150 crore. Sementara versi aslinya hanya dengan anggaran Rs 75 crore.

Menurut Ramesh Bala, ia mengaitkan kesuksesan Bheemla Nayak dengan kekuatan bintang Pawan Kalyan.

Dalam bahasa asli Malayalam, dua pria yang bertarung itu berada di pijakan yang sama. Tapi dalam versi Telugu, film ini diberi judul setelah karakter Pawan Kalyan. Orang lain tidak terlalu penting. Di selatan, budaya bintang sangat hidup dan remake dengan bintang besar masih memiliki potensi untuk berhasil karena mereka memiliki basis penggemar yang luas dan setia.

Di sisi lain, sebuah film kecil tanpa bintang besar mungkin kesulitan mendapatkan penonton, terutama jika dibuat ulang di industri selatan.

Seseorang di Chennai lebih cenderung menonton film asli Malayalam daripada film Hindi. Jadi jika tidak ada faktor bintang untuk menarik mereka ke bioskop, mereka akan lebih memilih untuk menonton film India Selatan versi aslinya di OTT.

Ramesh Bala

Veetla Vishesham (2022) karya RJ Balaji , adalah remake Tamil dari komedi Hindi Badhaai Ho (2018). Ini adalah contoh remake Tamil dari film Hindi yang bekerja baik di box office, di era pascapandemi. Meski tidak memiliki bintang besar, film ini mempertahankan banyak adegan dari aslinya, tetapi juga beberapa perubahan yang memberikan rasa segar. Ini juga membantu film originalnya yang bukan film “massa” ditonton banyak orang di Tamil Nadu.

Harapan Besar Pada Drishyam 2

Mili dengan penghasilan rendah, kini semua mata tertuju pada film thriller Ajay Devgn, Shriya Saran dan Tabu dalam Drishyam 2. Ini adalah film remake Hindi dari film Malayalam dengan judul yang sama Drishyam (2021). Film originalnya telah tayang di Amazon Prime Video. Versi Hindi dari film pertama, Drishyam (2015), telah berhasil menjadi blockbuster dan sekuelnya dijadwalkan untuk rilis pada 18 November.

Adegan Film Drishyam 2
Adegan Film Drishyam 2

Saya bertanya kepada Ajay Devgn tentang remake Drishyam 2 ketika aslinya sudah tersedia di OTT. Dia mengatakan bahwa film itu tidak ada dalam sulih suara bahasa Hindi, seharusnya tidak menjadi masalah. Pada akhirnya, ini adalah panggilan produser. Saya merasa jika Anda mengambil jiwa dari sebuah film dan menambahkan sesuatu yang baru, itu akan berhasil,”

Taran Adarsh

Drishyam 2 memiliki karakter yang diperankan oleh Akshay Khanna yang tidak ada di film aslinya.

Dengan beberapa pembuatan ulang film seperti The Great Indian Kitchen (2021) , Soorarai Pottru (2020), Ala Vaikunthapurramuloo (2020), Angamaly Diaries (2017), Ishq (2019) dan banyak lagi yang akan datang, ada kecemasan di industri bollywood tentang apakah remake telah over dosis.

Kinerja Drishyam 2 akan membantu perdagangan memahami ke arah mana angin bertiup. Akshaye Rathi optimis dengan Drishyam 2. Menyebut film tersebut sebagai “ujian besar” untuk film remake. Dia mengatakan bahwa demografi Hindi yang akan menonton film Malayalam dengan teks bahasa Inggris di OTT tidak terlalu banyak.

“Film pertama, Drishyam , memiliki banyak penggemar. Ini memiliki nilai pengulangan yang solid dan merupakan film yang sangat populer. Kami berharap Drishyam 2 akan mematahkan mitos bahwa remake tidak bekerja dengan baik lagi, ”katanya.

Artikel ini adalah terjemahan bebas dari “Can Drishyam 2 Change The Box Office Trend For Remakes?” yang ditulis oleh Sowmya Rajendran di filmcompanion.in

Setelah membaca artikel berjudul Apakah Drishyam 2 Bisa Mengubah Tren Kegagalan 'Remake'? ini, apa pendapatmu? Yuk, beritahu kami di kolom komentar.

Dapatkan artikel review dan sinopsis film India, atau gosip selebriti terbaru, dan semua hal tentang film India semuanya ada disini. Kalian juga bisa menonton film India Terbaru Subtitle Bahasa Indonesia di tautan ini..



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url